Welcome to my Comic Blog

Terima kasih sudah mampir. Silahkan baca-baca dan jangan lupa kasih komentar dan masukannya.

Minggu, 12 Oktober 2008

Jangan Baca Komik Indonesia!


Wah, judulnya memang begitu, tapi percayalah, saya suka koq komik Indonesia. Sungguh. Kalau judulnya seseram itu diatas, tentu ada alasannya, dan bukan itu anjuran saya yang sebenarnya. Saya ingin menarik perhatian dengan judul itu. Ya maklumlah, seperti juga harian ibukota yang harus bersaing membuat sensasi dengan headline agar laku, saya juga ingin diperhatikan dengan judul yang mungkin (sedikit) provokatif.

Kenapa sampai saya punya judul seperti itu tentu tetap berdasar. Beberapa kali saya mengikuti serial komik karya komikus Indonesia, dan akhirnya selalu kecewa karena seri yang tidak berkelanjutan. Contoh pertama, seperti yang sering dibahas di milis untuk kasus kemandegannya, misalnya "Dua Warna". Komik ini hanya terbit sampai jilid 4 dan tidak diketahui kelanjutannya. Ada juga "Alakazam" yang bernasib sama. Padahal kedua komik ini diterbitkan oleh penerbit besar (Gramedia).

Penerbit Misurind juga termasuk yang tega menghentikan seri-seri wayangnya. Padahal buku-buku terbitan mereka cukup digemari dan sudah digarap dengan sungguh2, melibatkan komikus-komikus handal. Sebut saja Jan Mintaraga, Teguh Santosa, Hasmi dan Wid NS. Tapi seri wayang Misurind itu harus putus di tengah jembatan. Lagi-lagi pembaca harus gigit jari.

Sekitar tahun lalu saya membeli komik Berandal karya Bayuindie. Karena penerbitnya Indira, yang sudah cukup punya nama, saya tidak takut komik lokal ini bakal mandeg di tengah jalan. Saya salah lagi, berandal hanya terbit hingga nomor 2. Lanjutannya? Silahkan gigit jari... sampai putus.

Beberapa kasus di atas tentu hanya sedikit contoh dari begitu lemahnya konsistensi penerbit dalam mendukung industri komik dalam negeri. Usaha yang sudah dilakukan tentu patut dipuji, tapi jika usaha yang dilakukan hanya setengah hati dan justru membuat orang kapok membaca, apalagi membeli komik lokal, ini tentu efek yang tidak diinginkan dan (siapa tahu) berefek jangka panjang.

Komik lokal sering diberi embel-embel "Baca Cergam!" (meski Cergam istilah yang kurang tepat untuk komik) dan "Bangga Komik Bangsa", waah dengan prestasi putus di jalan, mestinya para penerbit memasang embel-embel "Pasti tamat!" atau "Pasti terbit semua".

Baru-baru ini, majalah Conceptz mengeluarkan komik Alia, sudah ada 2 judul terbit dari 6 yang direncanakan. Komiknya memang keren, dan dikerjakan oleh para idealis. Tapi saya ingat lagi, "Dua Warna" dan "Alakazam" juga cukup keren waktu itu, dan dikerjakan oleh idealis juga. Secara statistik, Alia tidak akan terbit hingga 6 judul. Secara statistik, serial ini akan mandeg ditengah jalan. Tapi (sungguh) saya berharap, statistik salah, dan serial Alia bisa terbit hingga tuntas.

Saya sendiri sedikit kapok. Tapi apakah saya sedikit atau banyak kapok, efek jeranya sama, saya kini berpikir dua kali untuk membeli komik Indonesia. Mending tunggu dulu sampai sudah terbit semua, baru beli semuanya sekaligus.


(gambar diambil dari www.sangkolektor.i-dealogic.com)

3 komentar:

Erick S. mengatakan...

Mungkin kecenderungan penerbit liat kondisi pasar ya? Engga ngejar selesai satu "season" dulu...
Repotnya lagi, memang ada komik serial yang baru laku setelah seri kedelapan terbit. N
Kalau penerbitnya adalah penerbit novel, bukan cergam, mungkin dia ga tau pasar komik gimana, jadi coba-coba dikit, lalu ditinggalkan.
Menurut saya itu masuk akal juga. Sebenarnya urusan penerbit, itu diluar kemampuan komikus, tapi kalau mau nekat, gerak indie aja dulu, itu menurut saya, walaupun mungkin masih meraba-raba pasar dan komunitas.

DCS mengatakan...

Tiap pembaca pasti punya keinginan agar edisi yang dia koleksi selesai.

Steve Arwan mengatakan...

nah itu repotnya spt kt mas erick. kalau biasa nerbitin novel lalu ke komik, lalu pakai konsep, kalau yang pertama laku, baru lanjut yang kedua. Kayaknya sudah terlalu banyak komik yang menyia-nyiakan pembacanya, hahaha...